Sumber Foto : Pinterest
Memiliki hubungan harmonis dan langgeng dengan pasangan adalah impian setiap orang. Idealnya, sebuah hubungan yang dijalani bersifat dua arah. Melibatkan satu sama lain untuk saling membantu tanpa pamrih. Saling memberikan dukungan dan mengerti satu sama lain.
Akan tetapi tidak sedikit orang yang dapat bertahan dengan hubungan baik. Diantara mereka ada yang harus menahan kecewa atas apa yang dilakukan pasangannya.
Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa saat ini mereka sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang kasar, suka menyakiti fisik dan psikisnya. Hubungan yang tidak baik tersebut sering disebut juga dengan hubungan beracun atau toxic relationship.
Seseorang yang sudah terjerat hubungan toxic akan menganggap orang-orang di luar hubungan tidak bisa melihat sisi positif pasangannya. Mereka terus saja fokus pada sisi positif pasangan dan menihilkan semua tindakan abusive, toxic, dan negatif pasangan. Dalam hal ini, seringkali perempuan sebagai korbannya.
Dikutip dari Unair News (26/12/2019) Berdasarkan Catatan Tahunan (Catahu) Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2019, dari 13.568 kasus kekerasan yang tercatat, 9.637 kasus berada di ranah privat (71%). Jumlah ini meningkat dari tahun 2018. Dari jumlah tersebut, jumlah kekerasan dalam hubungan pacaran mencapai 2.073 kasus, dan jumah kekerasan terhadap istri mencapai 5.114 kasus.
Alasan klasik yang membuat seseorang memilih bertahan dengan hubungan toxic ini biasanya karena terlalu mencintai pasangannya. Secara psikologis, perasaan, pikiran, dan perbuatan memang bisa saja tak sejalan. Dalam kasus ini, seseorang bisa saja berpikiran negatif dan menganggap pasangan tidak baik untuk hidupnya, akan tetapi perasaannya menolak itu.
Seperti kata pepatah `cinta itu buta` luka dihati yang kerap menghampiri dianggap normal dan merasa semuanya baik-baik saja. Dikutip dari kelascinta.com, seseorang yang bertahan dalam hubungan yang toxic biasanya berpikiran bahwa seburuk-buruknya pasangan mereka, setidak-sehatnya perilaku mereka, mereka tidak mungkin 100% bersifat jahat.
Pemikiran itulah yang membuat seseorang yang terjebak dalam hubugan toxic sangat berat untuk melepaskan pasangannya. Walau sebetulnya mereka mengakui bahwa diri mereka tersiksa atas perilaku yang dilakukan oleh pasangannya.
Alasan lain yang membuat seseorang memilih bertahan dengan toxic relationship adalah ketakutan akan kesendirian atau autophobia. Mereka yang mengalami autophobia biasanya diawali dengan rasa ketidakyakinan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, sehingga pada akhirnya merasa sangat tergantung dengan kehadiran orang lain di dekatnya. Hal itu tentu akan menimbulkan depresi atau kecemasan. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dan tidak segera ditangani secara serius, dampak buruk bagi korban toxic relationship dapat membunuh dirinya sendiri akibat siksa secara terus menerus yang diberikan oleh pasangan.
Begitu banyak hal buruk yang ditimbulkan akibat bertahan dengan toxic relationship. Salah satu solusi ampuh untuk terlepas dari hubungan yang tidak sehat adalah memutuskan hubungan itu sendiri. Apabila hubungan terus dipaksakan untuk berlanjut, hal itu hanya akan memperburuk kondisi hubungan dan menyakiti hati atau bahkan fisik satu sama lain. Orang pertama yang dapat menyelamatkanmu dari kondisi tersebut adalah dirimu sendiri.
Penulis : Annisa Aulia Rahim
Editor : Annisya Asri
Comments