top of page
Search
Writer's pictureRedaksi Rekampuan

Billie Eilish dan Bukti bahwa Perempuan Serba Salah dalam Berpakaian

Billie Eilish, Penyanyi peraih penghargaan 5 Grammy Awards pada tahun 2020.

(Sumber: Samir Hussein/esquire.com)


Penyanyi Billie Eilish kerap mendapatkan komentar negatif dari warganet tentang pakaiannya yang longgar. Namun belum lama ini Billie menggunakan pakaian minim dalam sebuah video sebagai bentuk kampanye body positivity. Video ini sontak mendapatkan respon negatif karena dianggap vulgar. Respon tersebut menunjukan bahwa perempuan serba salah dalam memilih pakaian.


Fashion Billie Eilish memang kerap menarik perhatian dari warganet. Perempuan kelahiran Los Angeles, California tersebut akrab dengan model baju dan celana baggy yang terlihat kebesaran. Selain itu, warna pakaian yang disesuaikan dengan warna rambutnya yang terang membuat Billie tampil sedikit mencolok.


Pilihan tersebut bukan tanpa alasan. Dilansir dari dazeddigital.com, Billie kerap merasa insecure dengan bentuk tubuhnya. Apalagi ia sadar sebagai artis, apapun yang berkaitan dengan dirinya akan mendapat perhatian dari publik.


“Satu-satunya alasan mengapa aku melakukan itu (mengenakan pakaian longgar) adalah karena aku benci bentuk tubuhku. Ada satu periode pada tahun lalu dimana saya bahkan tidak mengenali bentuk tubuh saya sendiri,” ujar Billie ketika diwawancarai oleh wartawan

dazeddigital.


Selain itu, ia tidak ingin menjadi objek seksual dari publik. Selain karena masih berumur 18 tahun dan termasuk minor, ia juga sadar bentuk tubuh yang ia miliki dapat memancing reaksi meragam dari publik.


“Ini (pakaian yang longgar) tidak memberikan kesempatan kepada siapapun untuk menghakimi bentuk badanku. Bentuk badanku trending di Twitter. Semua media outlet menulis tentang bentuk badanku. Aku terlahir dengan DNA yang membuat bentuk badanku seperti ini,” ujar Billie dilansir dari elitedaily.com


Perlahan, artis yang memenangi 5 Grammy Awards tersebut semakin nyaman dengan bentuk badannya. Meski demikian, ia tetap menggunakan pakaian longgar yang kini sudah menjadi

ciri khasnya di pagelaran konser.


Akan tetapi, Billie sadar bahwa banyak perempuan yang masih insecure dengan bentuk

badannya. Ia pun mengkampanyekan gerakan body positivity dimana suatu individu dapat menerima bentuk tubunya. Kampanye ini ia sajikan dalam bentuk video dan ditayangkan di beberapa kota yang ia sambangi dalam rangkaian tur Where Do We Go? World Tour concert.


Video dengan judul Not My Responsibility tersebut juga diunggah melalui akun Youtube Billie Eilish. Video yang kini telah ditonton sebanyak lebih dari 30 juta kali menampilkan Billie yang menanggalkan bajunya dan berendam di sebuah kolam. Visualisasi tersebut juga diiringi oleh monolog yang dibacakan oleh Billie.


Di video tersebut ia mempertanyakan orang-orang yang selalu melakukan body shaming terhadap dirinya dan perempuan lain. Ia mengeluhkan bahwa pakaian apapun yang ia kenakan, ia akan selalu salah di mata publik. Selain itu, Billie juga mengkritik stigma dimana masyarakat menilai harga diri seseorang dinilai dari pakaian yang ia kenakan.


“Jika aku menggunakan pakaian yang nyaman, aku bukanlah seorang perempuan. Jika saya melepaskannya, saya seorang pelacur. Walaupun kalian tidak pernah melihat bentuk badanku, kalian selalu menghakiminya, dan menghakimiku. Mengapa? Apakah harga diriku dinilai hanya dari persepsimu?” ujar Billie dalam potongan monolog Not My Responsibility.


Transkrip monolog video kampanye Billie Eilish dengan judul "Not My Responsibility.

(Sumber: Twitter.com/eilishupdates)


Apa yang dirasakan oleh Billie juga dirasakan oleh perempuan lain. Ratna Indriani (34), seorang pegawai swasta juga merasa serba salah dalam berpakaian. Ia kerap mendapat pandangan negatif meskipun pakaian yang ia kenakan biasa saja.


“Kalau ke kantor kan pasti pakaiannya rapi dan tertutup. Kadang masih ada saja yang melihat dengan nyinyir. Bahkan pernah ditegur orang ketika di halte Transjakarta. Padahal pakaian yang saya kenakan biasa saja. Kemeja dan rok di bawah lutut,” ujar ratna ketika ditemui di

kediamannya di Bekasi.


Ratna pun mencoba untuk memakai pakaian yang tertutup ketika memasuki bulan Ramadhan. Baginya, hal tersebut merupakan bentuk toleransi sekaligus refleksi diri sebagai seorang muslim. Akan tetapi, ia malah dicemooh oleh beberapa rekan kerjanya.


“Setiap bulan puasa saya selalu menggunakan selendang di sekitar kepala dan baju panjang. Sebagai usaha juga untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Eh saya malah dibilang sok suci. Walaupun bercanda tapi jadi agak ragu juga untuk menggunakannya lagi,” ujar perempuan kelahiran Sukoharjo tersebut.


Hal senada juga disampaikan oleh Zahra Awaliyah, seorang pelajar di SMA Mandalahayu Bekasi. Ia merasa serba salah dengan model seragam rok yang ia kenakan di sekolah. Awalnya, rok yang ia kenakan menggunakan model rempel dan berlipat. Akan tetapi ia merasa tidak nyaman ketika beraktivitas dan memutuskan untuk menggantinya.


“Aku ganti model rok dari rempel ke span yang lebih ketat. Kalau menggunakan rok rempel risih karena takut terinjak dan menyangkut di paku. Kalau span lebih nyaman karena lebih ketat dan tidak takut nyangkut lagi,” ujar perempuan yang akrab disapa Rara tersebut.


Akan tetapi, ia mendapat cemoohan oleh teman-temannya di sekolah. Rok span yang sedikit lebih ketat mambuatnya dipanggil sebagai cabe-cabean. Panggilan yang memiliki konotasi negatif tersebut tidak hanya datang dari temannya tapi juga keluarganya sendiri.


“Saat ingin ganti sempat dimarahin ibu karena jadi ketat. Bahkan dikatain seperti cabe-cabean. Ketika di sekolah juga gitu. Padahal ganti model agar tidak ribet bukan karena ingin bergaya,” ujarnya sambil tertawa ketika dihubungi melalui Line.


Cara berpakaian memang tidak seharusnya dijadikan acuan untuk menilai harga diri seorang individu. Kampanye yang dilakukan oleh Billie tentunya dapat membantu perempuan untuk merasa lebih nyaman dengan cara mereka berpakaian. Akan tetapi, jika tidak terjadi pergeseran stigma dari masyarakat, maka perempuan akan selalu merasa serba salah dalam memilih pakaian.



Penulis : Mohammad Rizky Fabian

Editor : Fatika Febrianti

27 views0 comments

Comments


bottom of page