Sumber foto : Brilio
Ghosting dalam bahasa Inggris mempunyai arti menghantui, tetapi dalam bahasa gaul ia memiliki arti yang berbeda. Istilah baru ini dimaknai dengan keadaan dimana orang yang kita senangi tiba-tiba menghilang tanpa adanya penjelasan. Hal ini juga dikaitkan dengan pemberi harapan palsu ketika berkomunikasi.
Dalam hubungan percintaan, ghosting sering dilakukan ketika sedang dalam masa penjajakan atau pendekatan. Ketika sedang mengalami ghosting dalam hubungan bisa jadi ini merupakan pertanda di dalam perjalanan cinta yang sedang dijalani. Alasan melakukan ghosting di awal hubungan biasanya mudah tertebak, bisa karena bosan atau sebenarnya apa yang dirasakan hanya sesaat saja. Ketika kasus ini ada di dalam hubungan yang sudah terjalin cukup lama, maka alasan melakukan ghosting bisa berbeda-beda, salah satunya belum siap menghadapi komitmen dan mungkin tidak ingin mendapat aturan dari pasangan.
Tak hanya identik dengan kisah asmara, perilaku ghosting juga dapat diimplikasikan di dalam pertemanan. Karena dasar dari perilaku ini sebenarnya adalah menghilang tanpa jejak ketika sudah intens berkomunikasi. Hubungan pertemanan yang rentan menerima ghosting adalah hubungan yang platonic, dimana pertemanan laki-laki dan perempuan yang memiliki ketertarikan asmara.
Biasanya dalam hubungan platonic, keduanya memiliki perasaan satu sama lain tetapi, hubungan ini di dalihkan atas dasar sayang pertemanan. Alasan untuk menjaga hubungan baik antar satu sama lain menjadi salah satu alasan untuk menghilang.
Dikutip dari Elle Amerika, dari survey yang telah dilakukan terdapat 26 persen perempuan yang pernah melakukan ghosting dan mendapatkan ghosting. Sedangkan 24 persen perempuan lainnya hanya menjadi pelaku ghosting itu sendiri. Dengan perilaku menghilang secara tiba-tiba ini tentu ada dampak yang akan dirasakan.
“Kalau aku sering di ghosting sama orang terus bawaanya jadi males sama orangnya. Ketika di dalam keadaan itu rasanya lebih ke negatif thinking gitu, jangan-jangan alasannya karena perbuatanku kayak gini atau kayak gitu,” ujar Apsari Mahasiswi Ilmu Komunikasi.
Dilansir dari psychologytoday.com perilaku ghosting berpotensi merusak mental seseorang. Efek emosional yang ditimbulkan dapat menyakitkan terutama bagi orang yang memiliki hati lembut dan mudah merasa sedih.
Seseorang yang sering ditinggalkan secara tiba-tiba cenderung memilki rasa traumatis sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dirinya. Selain itu, mereka sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain dan selalu berkutat dalam pemikiran bahwa ini semua adalah salahnya.
Dampak lain yang berbahaya adalah merasa hidupnya tidak berharga dan overthinking. Ketika seseorang merasa hidupnya tak bermakna, potensi mendapatkan penyakit mental seperti depresi akut dapat terjadi. Tak hanya itu, penyakit physical seperti sering pusing, mual, dan demam menjadi sesuatu yang sering dirasakan.
“Merasa tertekan di ghosting sebenarnya enggak sih tapi lebih ke gelisah aja dan overthinking gitu,” lanjut Apsari yang tengah menjalani semester 5 ketika dihubungi via Whatsapp.
Menghilang tanpa sebab dan alasan yang jelas tentu tidak dibenarkan, tetapi tentu orang yang sedang melakukannya memiliki background yang kuat atas tindakannya. Berikan sedikit waktu untuk berfikir dan jangan biarkan hubungan menggantung tanpa alasan. Komunikasikanlah semua hal yang kamu rasakan dengan teman atau pasangan sehingga bisa terhindar dari perilaku ghosting dan mengghosting.
Penulis : Malwa Hazwani
Editor : Annisya Asri
Comments