top of page
Search
Writer's pictureRedaksi Rekampuan

Menilik Dampak Psikologis dari Pernikahan


Sumber foto : Kompasiana


Masa pandemi covid-19 ternyata memberikan dampak pada tingkat perceraian di Indonesia. Kementrian Agama menerima peningkatan angka perceraian di tahun 2020 yang terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia. Keadaan ekonomi yang memburuk akibat covid-19 menjadi faktor utama dari tingginya perceraian tersebut.


"Masalah perekonomian menjadi gangguan serius dalam kehidupan rumah tangga. Tanggung jawab istri bertambah besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang melebihi batas kesanggupan seorang istri. Terjadinya konflik rumah tangga yang tak terselesaikan yang berlarut-larut, merupakan anggapan bahwa perceraian adalah sebuah solusi," kata Konsultan Keluarga sekaligus Pemerhati Sosial, M Agus Syafii, Senin (31/8/2020) dilansir dari suara.com.


Masalah finansial menjadi salah satu tekanan yang timbul dalam pernikahan. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kondisi psikologis masing-masing pasangan dan dengan mudah dapat menjadi sumber stress hingga kekhawatiran dalam kehidupan berumah tangga.


Siti Aisyah (18) telah menjalani pernikahan selama 1 tahun ini dan dikaruniai 1 anak. Banyak hal yang ia lakukan bersama suaminya untuk memenuhi finansial rumah tangga mereka. Mulai dari usaha jual baju, online shop makanan ringan, hingga sekarang berjualan getuk.


“Kadang kita harus memutar otak sih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, apalagi pas pandemi kaya gini. Kondisi semakin susah. Kalau finansial lancar ya Alhamdulillah, kalau engga ya berarti kita perlu berusaha lagi,” ujar Siti saat kami wawancarai via DM Instagram.

Stress pada pernikahan juga disebabkan oleh beberapa faktor lain.


Dilansir dari situs Accord, terdapat setidaknya lima faktor yang dapat memicu stress pada pasangan pernikahan, termasuk finansial. Keempat faktir lainnya yaitu anak, pekerjaan, perilaku buruk, dan yang paling spesifik yaitu perubahan. Setiap orang yang telah menikah akan merasakan perubahan termasuk psikologis pada diri masing-masing. Hal tersebut dirasakan oleh adanya perbedaan sikap dari sebelum mereka menikah.


“Aku sering merasakan adanya perubahan dalam diriku. Kaya lebih bisa bertanggung jawab aja sama diri sendiri dan keluarga, jadi lebih bisa ngatur keuangan juga. Tapi perubahannya ga banyak sih, sama aja rasanya. Soalnya suamiku juga ga terlalu nuntut buat ini itu,” kata Siti.


Selain itu, ia merasa lebih tertutup dengan orang lain. Apalagi dengan teman-temannya. Ia merasa bahwa permasalahan yang ia alami lebih baik disampaikan kepada pasangan daripada orang lain.


Pengalaman tersebut didukung oleh penelitian dilansir dari bbc.com yang dilakukan oleh Jule Specht dari Universitas Münster dan rekannya untuk menyaksikan bagaimana perubahan kepribadian mereka dibandingkan responden lainnya yang tidak menikah. Ternyata, 664 dari partisipan menikah dalam masa penelitian, menunjukkan penurunan sifat ekstraversi dan keterbukaan terhadap pengalaman dibandingkan peserta yang lain.


Perbedaan ini relatif sederhana, namun tetap saja, ini mungkin memberikan sejumlah bukti nyata yang mendukung dugaan bahwa para lajang up and down the land - bahwa teman mereka yang sudah menikah tak lagi menyenangkan seperti dulu.


Peningkatan tanggung jawab diantara laki-laki yang sudah menikah tampaknya intuitif. Setiap orang yang telah menikah (atau menjalani sebuah hubungan jangka panjang) akan mengetahui bahwa dibutuhkan kemampuan tertentu untuk menjaga agar bahtera perkawinan terus berjalan meskipun sesekali menghadapi gelombang masalah domestik.


Ketidaksiapan setiap pasangan akan berdampak pada mentalitas dan emosional ketika menikah. Jika kedua hal tersebut tidak stabil, maka akan memberikan dampak buruk pada pernikahan yang sedang dijalani. Oleh karena itu, sebelum melangkah menuju pernikahan yang lebih matang, alangkah lebih baik untuk mempersiapkan beberapa hal untuk mempersiapkan mental, seperti meningkatkan kualitas diri, memperbaiki kemampuan berkomunikasi, mengikuti kursus pranikah, membicarakan soal anak, terbuka mengenai masalah keuangan, dan menentukan batasan-batasan mengenai ruang pribadi selama menikah.


Pernikahan merupakan sebuah keputusan yang diharapkan bagi setiap orang untuk membawa kebahagiaan lahir dan batin. Pernikahan sejatinya mampu membawa pengaruh positif terhadap psikologis, sosial, dan ekonomi seseorang, asalkan kedua belah pihak sama-sama memiliki kesiapan dan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan fisik maupun mental.


Penulis : Fatika Febrianti

Editor : Hammam Izzuddin

8 views0 comments

Comentarios


bottom of page