top of page
Search
Writer's pictureRedaksi Rekampuan

Movie Review The Queen’s Gambit : Lika-liku Seorang Perempuan Menjadi Grandmaster Catur Dunia


The Queen’s Gambit merupakan serial orisinal terbaru dari Netflix. Serial The Queen’s Gambit ini diadaptasi dari karya seorang penulis dan novelis Walter Tevis. Tiga dari enam karyanya telah diadaptasi menjadi film panjang yang sukses, diantaranya The Hustler, The Man Who Fell to Earth, dan The Color of Money.


Cerita tentang seorang gadis yatim piatu, Beth Hamon (diperankan oleh Anya Taylor-Joy) yang pendiam pertama kali mengenal catur dalam sebuah basement kemudian berkeinginan untuk menyabet gelar Grandmaster di bidang catur. Lika-liku seorang Beth Hamon dalam mendaki menuju puncak menjadi suguhan utama dalam mini series ini.


Berkat adaptasi Netflix ini Beth Hamon bertansformasi menjadi sebuah ikon pop kultur, seorang perempuan muda yang percaya diri, brilian, glamour dan mempunyai fashion yang khas. Mini series ini juga menjadi salah satu series yang mengusung isu feminisme . Seorang perempuan menjadi pemain catur dunia di negara yang memarginalkan perempuan dari permainan catur di era 1960-an.


Ada banyak hal yang sangat menarik dalam series terbaru Netflix dengan tujuh episode. Serial The Queen’s Gambit dibuka dengan sangat apik. Bermula dari Beth Hamon yang terbangun dalam sebuah bathtub kemudian tergesa-gesa menuju keluar sembari meminum pil. Setelah keluar ia telah ditunggu oleh banyak wartawan dan fotografer yang berebut untuk memotretnya.


The Queen’s Gambit membawa kita mengikuti perjuangan Beth Hamon menjadi Grandmaster dunia. Kita akan melihat bagaimana kehidupan Beth di panti asuhan, awal mula Beth memiliki ketergantungan terhadap obat-obatan dan alkohol, sampai pada permainan catur yang membawanya menjadi seorang grandmaster perempuan pertama.


Mr. Shaibel (Bill Clamp) mengenalkan catur kepada Beth, meski hanya belajar sedikit tentang dasar bermain catur, Beth tumbuh menjadi seorang Chess Prodigy di usianya yang terbilang masih muda yakni sembilan tahun. Sempat dilarang bermain catur, Beth kemudian dapat bermain kembali selepas diadopsi oleh sepasang suami istri saat usianya 15 tahun.


Namun film merupakan sebuah perubahan, permainan ekspektasi antara harapan dan halangan. Hal ini dilukiskan secara indah dalam The Queen’s Gambit. Ketika sang suami meninggalkan Alma (Marielle Heller) dan Beth hingga menimbulkan ombak emosi yang sangat menarik. Ikatan antara Alma dan Beth yang awalnya rapuh menjadi menguat ketika Alma menyadari bahwa memenangkan permainan catur ternyata dapat menghasilkan uang yang sangat cukup bagi mereka. Alma dan Beth kemudian melakukan perjalanan bersama mengelilingi dunia.


Bermain catur secara profesional bagi seorang perempuan di era 1960-an cukup mengguncang dunia. Permainan catur pada tahun tersebut umumnya dimainkan oleh laki-laki, seorang perempuan menjadi jenius catur di usia muda yang mengalahkan pemain-pemain top dunia tentu menjadi anomali yang menarik untuk digali.


Tidak melulu tentang catur, konflik dalam The Queen’s Gambit juga mengangkat isu lainnya seperti kecanduan obat-obatan dan minuman keras yang menjadi turning point dalam serial ini.


Sebagai sebuah series yang berlatar di tahun 1960an, mini series Netflix ini sukses membawa vibes tahun tersebut dengan tata artistik dan wardrobe serta make up yang sangat singkron. Perpaduan gambar dan scoring audio juga sangat pas sehingga dapat membangun mood dan look dari series tersebut.


Masih ada banyak hal yang belum sempat dibahas dalam series ini, hal ini lah yang membuat kita nantikan sepak terjang dari Beth Hamon dalam season kedua. Semoga Netflix memberikan kejutan kepada kita semua para penonton yang tiba-tiba ingin bermain catur selepas menonton The Queens’s Gambit.


Official Trailer The Queens’s Gambit : https://www.youtube.com/watch?v=CDrieqwSdgI&feature=emb_logo


Penulis : Giga Baskoro

Editor : Annisya Asri

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page