top of page
Search
Writer's pictureRedaksi Rekampuan

Organisasi Pergerakan Perempuan di Indonesia


sumber foto : kemdikbud.go.id


Peran perempuan baik sebagai individu maupun perjuangan kelompok dalam memperjuangkan kemerdekaan kerap tak didengar dan tak tercatat dengan baik dalam sejarah. Nyatanya, banyak sekali jasa yang telah mereka catatkan.


Dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 1928 misalnya, ada 30 organisasi perempuan dari seluruh Indonesia yang turut serta. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, latar belakang munculnya organisasi pergerakan perempuan di Indonesia berkaitan dengan penerapan kebijakan Politik Etis oleh pemerintah kolonial Belanda.


Namun tahukah kalian tentang organisasi-organisasi tersebut? Kali ini rekampuan akan rangkumkan beberapa organisasi perempuan berpengaruh dalam sejarah perjuangan Indonesia.


Putri Mahardika


Pada tahun 1912, muncul organisasi perempuan pertama di Indonesia bernama Putri Mardika. Putri Mardika bertujuan untuk membimbing perempuan bumiputra dalam menempuh pendidikan. Selain itu, Putri Mardika juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perempuan Indonesia.


Putri Mardika menerapkan program beasiswa untuk menunjang pendidikan kaum perempuan bumiputra. Organisasi ini juga aktif dalam menerbitkan majalah Putri Mardika untuk menyebarluaskan gagasan perempuan berdikari.


Kartini Fonds


Kartini Fonds atau Dana Kartini merupakan organisasi pergerakan perempuan yang didirikan pada 27 Juni 1913 di kota Den Haag, Belanda. Dalam buku Kartini: Sebuah Biografi (1983) karya Soeroto, Kartini Fonds didirikan atas prakarsa dari penganut kebijakan Politik Etis bernama Ny. C. Th. Van Deventer.


Kartini Fonds bertujuan untuk memajukan pendidikan kaum perempuan bumiputra melalui program pendirian sekolah-sekolah alternatif bernama Sekolah Kartini.


'Aisyiah


'Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 dalam perhelatan akbar nan meriah bertepatan dengan momen Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Embrio berdirinya ‘Aisyiyah telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914, yaitu perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman. Ahmad Dahlan memang mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan.


Pendirian ‘Aisyiyah diawali dengan pertemuan yang digelar di rumah Kyai Dahlan pada 1917, yang dihadiri K.H. Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H. Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah. Pertemuan tersebut memutuskan berdirinya organisasi perempuan Muhammadiyah, dan disepakati nama ‘Aisyiyah yang diajukan K.H. Fachrodin.


Penulis : Hammam Izzuddin

Editor : Fatika Febrianti

9 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page