sumber foto : thequint.com
Dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, bunuh diri bisa menjadi bagian dari kebudayaan mereka. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari situasi yang terjadi pada masa lalu, entah sebagai respon kebudayaan atau keyakinan suatu kelompok, hingga menjadi sebuah bentuk perlawanan.
Seperti peristiwa Jauhar yang berkembang sebagai budaya di India bagian barat laut. Makna Jauhar di India. Kaushik Roy, penulis buku Hinduism and the Ethics of Warfare in South Asia, From Antiquity to the Present menyebutkan, bila jauhar hanya terjadi ketika peperangan terjadi antara kerajaan Muslim dan Hindu dan sebaliknya tidak berlaku antarperang sesama kerajaan Hindu di Rajput.
Jauhar berasal dari bahasa Sanskerta "jau" yang berarti hidup dan "har" adalah kekalahan. Tindakan itu merupakan bentuk perlawanan dengan bakar diri massal. Dalam keyakinan Hindu, jauhar merupakan tindakan untuk menolak perbudakan setelah kalah perang. Yang membuat tradisi ini tidak biasa yaitu bunuh diri dilakukan bukan oleh para pejuang setelah pertempuran, melainkan oleh perempuan di India.
Pada malam sebelum kekalahan perang, para perempuan akan mengenakan pakaian pernikahan mereka. Kemudian anak-anak mereka dikumpulkan ke dalam pelukan mereka, hingga kemudian mereka melompat ke dalam api ketika para pendeta bernyanyi di sekitar mereka. Keesokan harinya, abu para perempuan yang ikut terbakar dalam peristiwa jauhar digunakan untuk menandai dahi para keturunan menuju pertempuran dan kematian.
Api dianggap memurnikan para perempuan, yang rela bunuh diri dan keluarganya daripada menghadapi perbudakan atau pemerkosaan, sehingga memastikan garis keturunan bangsawan tidak akan pernah tercemar. Peristiwa ini hampir sama dengan tradisi Sati (aksi bakar diri oleh janda dengan melompat pada tumpukan kayu pemakaman suaminya) yang kontroversial, akan tetapi Jauhar lebih bersifat sukarela dan dipandang oleh para perempuan sebagai bentuk pertahanan kehormatan mereka.
Salah satu insiden Jauhar yang tercatat paling awal terjadi sejak invasi Alexander Agung, ketika 20 ribu penduduk satu kota di India Utara begitu putus asa saat mendengar tentang mendekatnya orang Makedonia, sehingga mereka membakar seluruh kota mereka dan melemparkan diri mereka sendiri ke dalam api bersama dengan keluarga mereka daripada mendapat risiko perbudakan.
Ada juga kisah Ratu Padmavati beserta pengikutnya yang legendaris dimana mereka memilih untuk melakukan Jauhar saat sebelum benteng pertahanan jatuh ke tangan musuh. Ratu Padmavati selalu menjadi sosok penting di masyarakat Rajput. Ia dikenal memiliki paras yang cantik, sehingga ketika kerajaan Rajput mengalami kekalahan, pemimpin musuh mereka menginginkan Padmavati untuk dirinya sendiri. Padmavati, bagaimanapun, mengecohnya dan mempertahankan kehormatannya dengan melakukan Jauhar sebagai gantinya.
Terlepas dari kurangnya bukti sejarah yang mendukung kisah ratu cantik, dia adalah bagian penting dari budaya Rajput sehingga banyak anggota mantan kelas penguasa marah ketika film "Padmaavat" dirilis awal tahun 2018. Kekhawatiran mereka adalah bahwa film tersebut tidak menggambarkan pahlawan wanita mereka dengan rasa hormat yang sesuai, dan penghinaan terhadap budaya Rajput dianggap begitu besar sehingga sekelompok hampir dua ribu wanita mengancam untuk benar-benar melakukan Jauhar jika film tersebut dirilis.
Akibatnya, banyak teater di India menolak menayangkannya, sehingga perempuan Rajput bisa mengklaim kemenangan kecil, meskipun tidak sedramatis pertempuran yang berakhir dengan pembantaian dan bunuh diri, insiden tersebut menunjukkan bagaimana kehormatan sakral masih dipegang di beberapa budaya.
Penulis : Fatika Febrianti
Comments