Sumber foto : nbcnews.com
Belum lama ini, Selandia Baru mendapat sorotan dari publik lantaran dianggap berhasil menanggulangi penyebaran Covid-19. Pujian pun disampaikan oleh warganet dan juga media massa terhadap Perdana Menteri Jacinda Ardern. Lalu, bagaimana perjalanan karir perempuan yang dijuluki Aunty Cindy tersebut?
Jacinda Ardern lahir di Hamilton pada 26 Juli 1980. Jacinda merupakan anak pertama dari pasangan Ross Ardern dan Laurell Andern. Ayahnya merupakan seorang polisi sementara ibunya bekerja di kantin sekolah. Ia juga memiliki seorang adik perempuan bernama Louise Ardern.
Jacinda besar dan tumbuh di Murupura dan Morrinsville. Ayah Jacinda memiliki perternakan dan kebun di belakang rumahnya. Jacinda kecil pun kerap membantu ayahnya di peternakan dengan mengambilkan buah dan mengurusi domba. kegiatan ini lebih ia pilih untuk mengisi waktu luangnya ketimbang bermain dengan boneka.
“Aku memiliki tugas untuk memastikan kios buah kecil kami. Nenek membuatkan keranjang kecil dan ditempatkan di lapangan golf di dekat rumah kami. Keranjang tersebut berisi apel yang biasa dibeli oleh pemain golf dengan harga 20 sen. Dari situlah uang jajanku berasal,” ujar perempuan yang kini berusia 40 tahun.
Masuk Politik Sejak Usia Muda
Perempuan nomor satu di Selandia Baru sudah tertarik dengan dunia politik sejak usia yang masih tergolong muda. Kemiskinan di kota tempat ia tinggal merupakan salah satu alasan mengapa ia terjun di dunia politik. Keadaan yang tidak adil bagi masyarakat menengah ke bawah menggugah hatinya untuk membawa perubahan. Perempuan yang menempuh pendidikan sekolah dasar di Morrinsville tersebut menjadi anggota tetap partai buruh pada usia 17 tahun.
“Aku selalu menyadari bahwa beberapa hal terasa tidak adil. Tentu saja ketika kamu kecil, kamu tidak menyebutnya sebagai keadilan sosial. Aku merasa ada yang salah ketika anak lain tidak memiliki apa yang aku punya,” ujar perempuan berzodiak Leo tersebut.
Jacinda pun memiliih untuk bergabung dengan tim kampanye Harry Duynhoven, anggota parlemen di distrik New Plymouth. Setelah menamatkan program sarjan Ilmu Komunikasi dari Universitas Morrinsville, ia diangkat menjadi peneliti untuk kandidat parlemen partai buruh lainnya, Phill Goff.
Segudang pengalaman Jacinda dalam menjadi tim kampanye partai buruh membuatnya ditunjuk menjadi staf pimpinan Perdana Menteri Helen Clark. Helen Clark merupakan perempuan kedua yang pernah menduduki posisi tertinggi di New Zealand. Jacinda pun menjadikan Helen sebagai mentor dalam politik dan pengambilan kebijakan.
Selalu Mencari Tantangan Baru
Meski sudah memiliki posisi serta eksistensi di lingkungan politik Selandia Baru, Jacinda tidak merasa puas. Dirinya pun berusaha untuk mencari ilmu dan pengalaman di luar negeri. Kesempatan itu datang ketika ia dipilih oleh Tony Blair, Perdana Menteri Inggris untuk menjadi salah satu staf di pemerintahannya.
Tugasnya pun tak main-main. Ia diberi tanggung jawab untuk menjadi Associate Director dan mencari cara untuk mengoptimalkan interaksi antara pihak berwajib dengan pemilik usaha kecil di Inggris.
Uniknya, ia tidak bertemu langsung dengan Tony Blair selama ia menjabat sebagai Associate Director. 2011 merupakan kali pertama ia bertemu dengan Perdana Menteri Inggris tersebut ketika keduanya membicarakan tentang invasi Iraq.
Sepulang dari Inggris, dengan segudang pengalaman, ia pun mencalonkan diri sebagai anggota parlemen pada tahun 2008. Meski hanya berada di posisi 20, Jacinda berhasil mendapatkan kursi dan menjadi representative dari Partai Buruh. Meski tidak memenuhi Electoral Vote, suara yang ia peroleh cukup untuk menobatkannya sebagai anggota termuda yang duduk di kursi parlemen Selandia Baru.
Sempat Mengalami Jatuh Bangun
Karir Jacinda pun tak selamanya mulus. Pada 2011, ia kalah suara dalam pertarungan melawan incumbent Nikki Kaye dan Denise Roche. Jacinda terpaut 717 suara dari Kaye. Akan tetapi, ia berhasil menduduki peringkat 13 di daftar partai. Peringkat tersebut sudah cukup untuk membirnya 1 kursi di parlemen.
Jacinda kembali berhadapan dengan Kaye di general election tahun 2014. Meski kembali menerima kekalahan, Jacinda berhasil memangkas margin suara dari 717 menjadi 600. Peringkat Jacinda di daftar partai pun melonjak ke posisi 5 yang menunjukan bahwa dirinya semakin popular di kalangan masyarakat Selandia Baru.
Pada 19 Oktober 2017, karir Jacinda mencapai puncaknya ketika Deputy Prime Minister Winston Peters sepakat untuk membentuk koalisi dengan Partai Buruh. Koalisi ini menjadikan Jacinda sebagai Perdana Menteri selanjutnya. Dirinya pun disumpah dan resmi dinobatkan sebagai Perdana Menteri pada 26 Oktober oleh Dame Patsy Reddy.
Selain Covid-19, banyak pencapaian yang berhasil diraih oleh perempuan yang menjadikan whiskey sebagai minuman favoritnya tersebut. Ia mendapatkan banyak pujian atas kebnijakannya dalam melarang penggunaan serta penjualan senjata semi-automatis setelah kejadi penembakan di salah satu masjid di Christchurch. Selain itu, dirinya juga mengalokasikan Sebagian dana pemerintah untuk menyediakan alat pembantu menstruasi perempuan (menstrual cup, tampon, dll).
Menarik untuk melihat langkah yang akan diambil oleh Perdana Menteri yang juga pecinta kucing tersebut setelah ia kembali terpilih untuk memimpin Selandia Baru pada 17 Oktober lalu. Tentunya kita berharap lebih banyak lagi pemimpin perempuan yang dapat membawa perubahan serta menduduki posisi tertinggi pemerintahan di suatu negara.
Penulis : Rizky Fabian
Editor : Hammam Izzuddin
Comentarii