Sumber foto : riau online
Ahli Gizi dari Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Sandra Fikawati mengatakan bahwa masih banyak orang yang mengabaikan kondisi anemia serta kurangnya asupan energi pada ibu hamil atau menyusui. Kondisi buruk ini dapat menimbulkan anak yang dilahirkannya mengalami stunting.
Sandra juga menjelaskan dampak dari kurangnya energi kronis pada ibu berpengaruh pada jumlah ASI yang diproduksi ibu. Menurut Sandra, pada masa kehamilan, berat badan ibu bertambah dengan adanya komponen bayi, plasenta, cairan amnion, uterus, jaringan payudara, volume darah dan cadangan lemak ibu. “Cadangan lemak merupakan modal utama untuk memproduksi ASI,” pungkasnya.
Apabila bayi itu lahir dari seorang ibu yang mengalami anemia atau kekurangan energi, kebutuhan gizinya otomatis tidak terpenuhi. Maka dari itu pentingnya mengutamakan asupan energi ibu hamil dan menyusui untuk mencegah stunting pada calon bayi. “Apalagi di masa pandemi 6 bulan ASI eksklusif untuk bayi,” ujar Sandra.
Pencegahan stunting atau gagal tumbuh penting dimulai dari seribu hari pertama kehidupan bayi. Hal tersebut terhitung sejak bayi ada di dalam kandungan, hingga bayi berusia 2 tahun. Selama fase itu, asupan bayi sangat berpengaruh untuk perkembangan tubuh, terutama otaknya. Sehingga sangat penting supaya masyarakat lebih terfokus pada masa krusial.
Penulis : Annisya Asri
Comentários