Sumber foto : Tempo.co
Malala Yousafzai merupakan perempuan yang berjuang untuk memenuhi hak pendidikan bagi anak perempuan di daerah konsentrasi kelompok ekstrimis Taliban. Sebelumnya ia adalah seorang murid sekolah dan aktivis pendidikan di kota Mingora di Distrik Swat dari provinsi Pakistan Khyber Pakhtunwa.
Pada tahun 2009, perempuan bersuku Pusthun ini menulis di blognya dengan nama samaran untuk BBC. Melalui tulisannya, ia menjelaskan secara mendetail tentang betapa mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban, upaya untuk menguasai lembah, dan pandangannya tentang mempromosikan pendidikan untuk anak perempuan. Perjuangan gadis muda ini menyita perhatian dunia. Rekampuan merangkum beberapa fakta tentang sepak terjang Malala sebagai berikut :
Keberanian dalam Menyuarakan Hak Pendidikan Bagi Perempuan
Perempuan yang kini berusia 23 tahun tersebut mulai berbicara di depan publik untuk memperjuangkan hak atas pendidikan pada tahun 2008. “Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!” serunya melalui televisi dan radio dilansir dari BBC.
Keberaniannya akan menulis berdasarkan bimbingan sang ayah yang merupakan penyair, pemilik sekolah sekaligus aktivis pendidikan. Walaupun Malala mengaku memiliki cita-cita untuk menjadi dokter. Namun sayang, sang ayah mendorongnya untuk menjadi politisi.
Selamat dari Tembakan Militer Taliban
Malala menjadi sorotan dunia ketika ia menjadi sasaran kelompok radikal Taliban setelah ia mengkritisi aturan militer Taliban yang membatasi hak pendidikan bagi perempuan. Ia ditembak di bagian kepala dan leher saat kembali pulang di Swat Valley, Pakistan pada tahun 2012 dilansir dari Tempo.co.
Baca juga : Pro dan Kontra Praktik Aborsi
Perempuan yang lahir pada tahun 1997 ini selamat dari penembakan tersebut walaupun harus dilarikan ke Birmingham, Inggris untuk mendapatkan perawatan medis lebih intensif. Setelah pulih, Malala kembali bersekolah dan berkampanye memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi perempuan.
Meraih Nobel Perdamaian Pasca Peristiwa Penembakan
Pada tahun 2013 yang bertepatan di hari ulang tahunnya, Yousafzai berpidato di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. Pidatonya memuat tiga isu penting, yaitu hak perempuan perlawanan terhadap terorisme dan kebodohan. PBB juga mendeklarasikan hari tersebut sebagai hari Malala.
Di tahun 2014, Yousafzai bersama teman seperjuangannya, Kaliash Satyarthi mendapatkan penghargaan Nobel untuk perdamaian sebagai perjuangannya melawan penindasan kaum perempuan untuk mendapatkan hak pendidikan. Ia menerima penghargaan ini di kala usia 17 tahun.
Penulis : Annisya Asri
Editor : Hammam Izzuddin
Comentarios