Sumber foto : unsplash
Kita semua tentu mengetahui apa itu physical abuse atau kekerasan fisik. Jika di Indonesia ada istilah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang lekat kaitannya dengan kekerasan fisik. Namun hanya sedikit dari kita yang mengetahui apa itu emotional abuse atau kekerasan emosional. Bahkan ada banyak orang yang tidak sadar jika dirinya mengalami emotional abuse.
Emotional abuse atau kekerasan secara emosional adalah cara untuk mengontrol seseorang dengan mengunakan emosi untuk mengkritik, mempermalukan, menyalahkan atau memanipulasi orang lain. Secara umum, suatu hubungan bersifat emotional abuse ketika ada pola konsisten dari kata-kata kasar dan perilaku penindasan yang menurunkan harga diri seseorang serta merusak kesehatan mental mereka.
Walaupun kekerasan mental atau emosional paling umum terjadi dalam hubungan pra nikah maupun ketika menikah, kenyataannya pelecehan emosional ini dapat terjadi dalam hubungan apapun termasuk antar teman, keluarga maupun rekan kerja.
Emotional abuse merupakan bentuk pelecehan yang sulit dikenali. Hal ini karena emotional abuse dapat dilakukan secara diam-diam maupun terbuka. Entah bagaimana bentuknya, yang jelas emotional abuse sangat berbahaya karena bisa merusak mental health seseorang. Korban yang terkena emotional abuse akan mulai meragukan persepsi dan hakikat diri mereka.
Pada akhirnya seseorang yang mengalami emotional abuse akan merasa terkurung dan tertekan. Mereka akan semakin terluka jika terus bertahan, namun juga takut untuk mengakhiri sebuah hubungan.
Untuk mengetahui apakah kamu mengalami emotional abuse atau tidak, simak beberapa tanda terkena emotional abuse berikut.
Punya harapan yang tidak realistis
Orang yang melakukan emotional abuse cenderung tidak memiliki harapan yang realistis. Mereka akan meminta hal yang tidak masuk akal, mengharapkan untuk menjadi prioritas utama mengalahkan kegiatan lainnya, tidak mudah puas dan lain sebagainya.
Tidak mudah mengakui orang lain
Seseorang yang melakukan emotional abuse tidak mudah menerima opini orang lain. Mereka percaya bahwa pendapat mereka adalah hal paling benar, dan kemudian menyalahkan pendapat orang lain.
Menciptakan perdebatan
Pelaku emotional abuse gemar memulai perdebatan. Mereka akan merasa menang jika dapat menjatuhkan opini orang lain. Orang yang melakukan emotional abuse cenderung sumbu pendek dan mudah terpancing emosi.
Melakukan blackmail
Orang yang gemar melakukan emotional abuse akan memanipulasi dan mengontrol keadaan sehingga membuat korban merasa bersalah. Mereka akan mempermalukan korban di depan publik maupun secara privat. Mereka tidak akan mengakui kesalahan dan kemudian akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka lakukan.
Merasa superior
Pelaku emotional abuse merasa dirinya lebih superior atau unggul dari orang lain. Ia merasa mempunyai kuasa atas orang lain, sehingga bebas menatap rendah orang lain. Mereka cenderung merasa benar dan mengetahui apa yang terbaik serta merasa lebih pandai ketimbang orang lain.
Apakah kamu mengalami beberapa tanda-tanda diatas? Jika iya maka cobalah untuk berbicara dengan rekan maupun pasanganmu secara baik-baik. Sebelum kamu melangkah lebih jauh di jurang tipis bernama emotional abuse.
Penulis : Giga Baskoro
Editor : Annisya Asri
Comentarios