top of page
Search
Writer's pictureRedaksi Rekampuan

Efektifkah Gerbong Kereta Khusus Perempuan Cegah Kasus Pelecehan Seksual?


Sumber foto : Handy Wicaksono/Unsplash


Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, tak terkecuali dalam moda transportasi umum. Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) merilis hasil Survei Nasional Pelecehan Seksual di Ruang Publik. Dari analisis data survei, KRPA menemukan sebanyak 46.80% responden mengaku pernah mengalami pelecehan seksual di transportasi umum.


Gerbong khusus perempuan merupakan salah satu respon dari pemerintah lewat PT KAI untuk meminimalisir terjadinya pelecehan seksual yang sering dialami oleh perempuan. PT KAI mengoperasikan dua gerbong khusus wanita di depan dan di belakang dengan tujuan menghindari penumpang wanita dari tindakan pelecehan seksual.



Dilansir dari merdeka.com, Menteri Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar yang kala itu meresmikan gerbong khusus wanita yakin penambahan gerbong itu mampu mencegah tindakan pelecehan terhadap wanita." Dengan adanya gerbong khusus perempuan diharapkan akan mencegah kasus pelecehan dan juga merupakan tindak kekerasan terhadap perempuan di kereta api," kata Linda.


Meninjau Efektivitas Gerbong Khusus Perempuan


Ryana Rahma Kusumaningtyas, seorang mahasiswa di Yogyakarta yang sering menggunakan moda transportasi kereta untuk perjalanan Kebumen-Yogyakarta ,mengatakan bahwa upaya pemisahan gerbong dinilai cukup untuk meminimalisir pelecehan seksual tersebut.


“Tentu memang belum bisa membereskan sexual harrasment si, tapi seenggaknya ngebantu banget meminimalisir angka pelecehan seksual di transportasi umum. Soalnya ada juga kan mbak-mbak yang doyan mbak-mbak jadi ya sexual harrasment di gerbong perempuan bisa aja terjadi,” ujar Ryana saat di hubungi via Whatsapp.


Mendukung pernyataan tersebut, Peni Nur Widiyanti yang merupakan mahasiswa salah satu pergguruan tinggi di Solo juga mengungkapkan peryataan yang senada. “Gerbong khusus perempuan nyaman si, jadi kita ga perlu khawatir kalau misalnya ada laki-laki yang sekiranya mencurigakan. karena dalam satu gerbong cuma ada satu gender yaitu perempuan, otomatis resiko adanya sexual harassment berkurang," paparnya.


Sementara itu dilansir dari cnnindonesia.com perwakilan KRPA, Anindiya Restu Fiani mengatakan pemisahan gerbong untuk mencegah pelecehan malah terkesan menjadikan perempuan sebagai permasalahannya. Padahal, itu tidak benar.


"Kalau misal kita cuma memisahkan perempuan kan kesannya kayak 'oh perempuan masalahnya' dan itu malah membatasi ruang gerak perempuan sebetulnya," kata perempuan yang akrab disapa Fiani di Gedung Komnas Perempuan, Jakarta Pusat, Rabu (27/11).


Fiani menambahkan bahwa upaya menciptakan ruang aman bagi korban atau calon korban pelecehan dan kekerasan seksual tidak sekadar menciptakan ruang baru. Mestinya, kata dia, dengan cara menciptakan ruang yang aman bagi semua orang baik lelaki maupun perempuan.


Jadi, dengan menciptakan gerbong khusus perempuan sebenarnya bukan merupakan solusi yang cukup tepat, karena solusi ini merupakan sesuatu yang bersifat sementara. Penyedia layanan transportasi publik memang memiliki tanggung jawab untuk memberi perlindungan terhadap korban, serta melakukan pencegahan. Namun hal itu juga menjadi tanggung jawab kita semua untuk dapat menciptakan ruang publik yang aman serta nyaman digunakan oleh semua orang.

Penulis : Giga Baskoro

Editor : Hammam Izzuddin


18 views0 comments

Comments


bottom of page