Sebuah utas di Twitter berisi kumpulan 50 video kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan perempuan unggahan akun @izy_bensa menyedot perhatian publik. Utas yang diunggah Kamis (29/10) lalu dibagikan lebih dari 60 ribu kali dan mendulang 1 juta lebih penonton.
Mayoritas video yang diunggah berisikan kejadian yang dianggap lucu oleh warganet. Mulai dari tak menyalakan lampu sein ketika hendak berbelok, menerobos lampu merah, hingga menabrak plang kereta api.
Perempuan memang kerap mendapat stereotype buruk saat berkendara. Hazel Zufar, penghobi motor antik dan anggota komunitas Kracker Banjarnegara membenarkan banyak anggapan bahwa perempuan kerap melalukan tindakan yang membahayakan saat berkendara. Meskipun ia juga tak menampik bahwa kini semakin banyak perempuan yang semakin sadar tentang aturan berkendara yang baik.
“Baru saja, saya habis berkendara di Ring Road dan ada pengendara motor perempuan yang melaju pelan tapi di lajur kanan, itu kan membahayakan ya,” ungkapnya saat dihubungi Rekampuan, Rabu (18/11).
Isu keselamatan lalu lintas menjadi penting, sebab menurut data Kepolisian, di Indonesia rata-rata 3 orang setiap jam meninggal karena kecelakaan lalu lintas. 60 persen di antaranya terjadi karena faktor manusia yang berkaitan dengan kemampuan serta karakter pengendara.
Latar Belakang Sosial Mengapa Perempuan Dianggap Rawan Saat Berkendara
Indri Fahra Febrina, seorang mahasiswi kampus swasta di Yogyakarta bercerita bahwa ia memiliki kebiasaan ngebut saat berkendara motor. Ugal-ugalan, begitu ia mendeskripsikan kebiasaan berkendaranya.
“Aku menyadari itu dari teman-teman yang biasanya aku bonceng, mereka merasa gak nyaman kalau bonceng aku,” jelasnya.
Meski begitu, ia menolak anggapan bahwa perempuan secara umum tidak kompeten berkendara. Menurutnya, perempuan maupun laki-laki memiliki risiko yang sama saat berkendara. Namun di Indonesia, laki-laki dianggap lebih dekat dengan dunia otomotif sehingga tidak mendapat anggapan serupa jika mengalami permasalahan lalu lintas.
Selain tentang kedekatan dengan dunia otomotif, aspek sosial dan budaya yang kaitannya dengan pakaian perempuan juga memengaruhi kebiasaan berkendaranya. Pakaian yang menyusahkan gerakan tubuh kerap digunakan perempuan bisa membahayakan saat berkendara. Jusri Palubu, Pendiri Jakarta Defensife Driving Consultant (JDDC) menyarankan agar perempuan menggunakan pakaian yang tidak merepotkan.
"Pakai pakaian casual. Kaya denim, jeans, atau celana pendek. Bajunya juga kaos saja," ungkap Jusri dilansir dari CNN.
Secara global, di negara tertentu ada faktor regulasi dan budaya yang secara jelas membuat perempuan terbatasi kemampuan berkendaranya. Seperti di Arab Saudi, yang sejak lama melarang perempuan untuk mengemudikan kendaraan secara mandiri. Kabar baiknya, peraturan itu telah diubah per tahun 2018, setelah mendapat dorongan dari kalangan aktivis.
Sejauh pengamatan Rekampuan pada rilis statistik kecelakaan Korlantas Polri, tak ada data yang menggambarkan jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas di Indonesia berdasarkan gender. Tinjauan yang dilakukan Polri meliputi usia, kategori SIM, latar belakang profesi, pendidikan, dan jenis kendaraan.
Penulis : Hammam Izzuddin
Editor : Fatika Febrianti
Bình luận