sumber foto : dekoruma.com
Menjadi seorang ibu rumah tangga bukan perkara mudah. Mulai dari mengasuh anak, membersihkan rumah, hingga memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal ini membutuhkan kesehatan yang prima setiap harinya dan juga mental yang stabil untuk memenuhi kebutuhan dari keluarga kecilnya.
Pekerjaan dari ibu rumah tangga pun juga sama seperti pahlawan tanpa tanda jasa, karena bukan disebut sebagai profesi formal dan tidak adanya pendapatan setiap bulannya. Waktu yang terkuras selama mengurus membuat ibu rumah tangga seringkali mengabaikan kebutuhannya sendiri. Hal ini kerap kali membuat ibu rumah tangga kurang menghargai dirinya sendiri.
Rasa rendah diri yang baru dialami oleh seorang ibu rumah tangga, bahkan lebih besar tekanannya ketika seorang perempuan yang dulunya sebagai perempuan pekerja tiba-tiba berubah menjadi ibu rumah tangga. Kehilangan identitas dan kemandiriannya sebagai perempuan pekerja bisa jadi pemicu depresi.
Seorang ibu rumah tangga yang seringkali menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah, kerap kali mengalami depresi. Menurut Melinda Paige, Ph.D., profesor konseling kesehatan mental klinis di Argosy University, Atlanta, mengatakan “Perasaan terisolasi, kehilangan tujuan dan identitas, serta kurangnya interaksi sosial karena terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah adalah pemicu depresi pada ibu rumah tangga,” dilansir melalui Halodoc.
Pengalaman ini dirasakan oleh Maya (33). Ia mengaku sempat bosan dengan kehidupan sehari-harinya menjadi seorang ibu rumah tangga selama 8 tahun. Ibu dari dua anak ini juga mengatakan bahwa sedikit sulit untuk mengajari anak-anaknya sehingga ia terkadang susah untuk mengontrol emosi kepada dua anaknya.
“Aku sering banget marah-marah ke anak-anakku ketika mereka sulit untuk diatur dan kebetulan saat itu aku juga sedang capek mengurus rumah,” tuturnya melalui via Whatsapp pada Rabu (25/11). Mengingat sang suami juga bekerja di luar negeri sehingga mau tidak mau ia mengasuh kedua anaknya seorang diri.
Walaupun Maya seringkali alami hal tersebut, namun ia juga berusaha untuk menghibur dirinya dengan menonton series drama korea dan berselancar di online shop ketika anak-anaknya sedang tertidur lelap. Hal itu dapat mengembalikan mood-nya setelah melakukan pekerjaan rumah tangga.
Pengalaman yang sama dialami oleh Sudarti (30). Tantangan yang ia alami cukup banyak ketika mengasuh anak pertamanya. Dimulai dengan tidak cocoknya makanan ketika anaknya berusia 6 bulan, munculnya ruam-ruam di sekeliling tubuh dan demam sehingga diperlukan perawatan intensif bagi anak pertamanya di rumah sakit. Namun ia pun tidak ambil pusing, ia langsung mencari buku mengenai pola makan anak serta menyesuaikan makanan yang baik kepada anaknya.
Kemudian ia pun juga mengajarkan untuk melakukan pola hidup sehat ketika anaknya menginjak usia 3,5 tahun dengan mengajak untuk pergi ke masjid di pagi hari sebagai bentuk adaptasi saat anaknya akan memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK).
Walaupun banyak tantangan yang dialami oleh Darti, ia mengaku santai dalam menanggapi permasalahan tersebut dengan buku-buku ia baca. Ia mengatakan “Selama ada buku mengenai parenting ataupun psikologi anak, aku tidak perlu khawatir karena saat ini aku sudah bisa merasakan gejala-gejala ketika anakku akan sakit.” ujarnya melalui via telepon pada Kamis (26/11).
Permasalahan ini memang selalu terjadi kepada para ibu rumah tangga yang banyak menghabiskan waktu di rumah dan memiliki intensitas yang besar ketika mengasuh anak-anaknya. Namun hal ini dapat ditepis oleh kedua ibu rumah tangga tersebut dengan solusi-solusi yang mereka ciptakan. Sebetulnya jika kita paham akan ilmunya dalam mengontrol sebuah kondisi rumah tangga, masalah sebesar apapun dapat kita selesaikan dengan caranya sendiri.
Penulis : Annisya Asri Diarta
Editor : Fatika Febrianti
Comments