Sumber foto : mother and baby Indonesia
Angin pagi merasuk tubuhku yang diiringi dengan sinar surya cerah mengitari bumi di tanggal 22 Desember 2020. Aku baru ingat bahwa hari ini merupakan hari yang sangat spesial untuk ibuku. Tubuhku langsung terbangun dari tempat tidurku untuk membantu ibuku memasak di dapur sekaligus memberi ucapan di Hari Ibu.
Ah aku jadi teringat ketika aku pernah sebal dengannya, ia seringkali cerewet melarangku untuk berpergian jauh dengan teman-temanku. Dulu aku menjadi manusia serba salah dimatanya, ketika rajin membantu pekerjaan di rumah dibilang “tumben”, sedangkan jika aku berleha-leha di kasur dibilang “pemalas tak pernah membantu ibunya”. Mengingat ibuku juga memiliki peran ganda sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga sehingga maklum jika ia selalu memintaku untuk menyelesaikan tugas rumahnya.
Meskipun ia sering marah dan cerewet kepadaku, ia selalu berusaha untuk memprioritaskan kepentingan kedua anaknya. Teringat ketika aku sedang berkuliah di semester kedua. Kala itu, tugas kuliah sedang banyak-banyaknya diselingi dengan kegiatanku di organisasi yang tak kalah padatnya.
Hal itu membuat pola istirahatku menjadi tidak teratur sehingga memaksa tubuhku untuk melebihi batas wajarnya. Pada pukul 2 pagi aku tergeletak pingsan di lantai, ia langsung terbangun dan membawaku ke rumah sakit setelah mendengar dan mengetahui bahwa anaknya terbaring di lantai. Kemudian aku merasa bahwa ketika umurku dewasa, ibu tetap sayang kepadaku tanpa batas serta tetap menganggapku sebagai anak kecilnya.
Harapanku di tahun 2020, semoga engkau sehat selalu, dijauhkan dari segala penyakit, disembuhkan ketika sedang sakit, selalu diberikan kesabaran serta rasa syukur yang tiada habisnya. Terima kasih banyak ibu, engkau selalu menjadi pahlawan dalam kehidupanku.
Tulisan ini merupakan pengalaman dari sahabat rekampuan bernama Lutfiana
Editor : Annisya Asri
コメント