Sumber foto : Pijar Psikologi
Hidup di keluarga Indonesia yang mayoritas wanitanya menikah di usia muda menjadi beban tersendiri bagi beberapa orang. Keinginan untuk mengejar kebahagiaan diri dan karier masih sulit untuk diterima sebagai alasan.
Sebenarnya terdapat berbagai faktor dan pertimbangan yang akhirnya menjadikan beberapa perempuan lebih memilih melajang. Dilansir dari Indian Times, alasan seorang wanita independen memilih untuk belum menikah karena dia ingin memiliki independensi secara finansial sebelum melepas masa lajang. Mereka memilih tidak bergantung secara finansial dengan pasangan mereka. Sehingga kadang kala mayoritas wanita yang melajang kerap dilabelkan menjadi wanita yang terlalu pemilih dan egois.
Selain perihal finansial, faktor kesiapan menjadi alasan untuk tidak buru-buru untuk mengakhiri masa lajang. “Kalau aku sendiri lebih kayak males gitu mikirin pasangan, mending aku mikrin diriku sendiri perihal perkulihan dan tentang hidup kedepannya. Buat aku sekarang ini udah cukup sih dan karena dulu juga pernah disakitin jadi aku lebih memilih buat sendiri nanti juga ada saatnya,” ujar Hasna Nur, mahasiswa jurusan Hukum UNS.
Baca juga : Astronaut Perempuan Pertama Indonesia
Tekanan dari keluarga dan orang-orang terdekat juga sering kali diutarakan ketika saudara atau sanak keluarga sudah menikah. “ih nanti keburu tua lo kalau punya anak” “umur 23 itu anak lainnya udah punya anak masa kamu pacar aja belum punya” “udah waktunya ini mau nunggu apalagi dan apa yang mau dikejar sih?” dan sederet perkataaan lainnya yang sering diterima oleh para wanita yang memilih independent dibandingkan memiliki pasangan.
“Orang-orang sekarang terlalu sering mengkaitkan sesuatu tentang perempuan yang harus dijaga sama pasangan dan kalau gak ada pasangan tidak bahagia. Padahal kadar bahagia tu gak bisa dilihat dari kita punya pasangan aja tapi bisa dari berbagai aspek,” lanjut Hasna saat dihubungi via aplikasi whatsapp
Bahkan di tahun 2019, ada seorang wanita yang mengalami depresi karena kegagalannya dalam menikah dan dirundung karena menjadi wanita yang “independent”. Di Gunung Kidul, Yogyakarta di Kecamatan Saptosari, ada seorang wanita yang dipasung karena dianggap gila karena mendapatkan tekanan dari keluarga dan masyarakat sekitar tentang pernikahan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Sensus Penduduk (SP) di tahun ini untuk mencari tau bagaimana tantangan perubahan sosial yang salah satunya tentang banyaknya wanita yang tidak menikah. Sairi Hasbullah, Deputi Bidang Statistik Sosial BPD mengatakan bahwa di tahun 2020 terjadi dinamika yang luar biasa dan salah satunya adalah semakin banyak wanita yang tidak menikah atau unmarried woman.
“Semakin banyak wanita yang tidak menikah karena makin sibuk dengan kerjaannya, tidak sempat bersosialisasi dan lebih memilih karier dan Individual achievement sehingga urusan pribadinya terbengkalai,” lanjutnya saat acara Seminar Internasional di kantor BPS.
Hal ini juga dibenarkan oleh Nabilla Devi Pratiwi, mahasiswi di UAD. “Sebenernya bukan tidak mau punya pasangan tetapi lebih ke yang sabar aja dulu nanti ada waktunya yang penting sekarang doa aja yang banyak. Urusan orang mau menunda seharusnya bisa lebih di hargain tanpa harus dipaksa-paksa untuk punya pasangan,” ujarnya
Dengan menjadi wanita yang independent, banyak waktu untuk memikirkan kebahagiaan diri sendiri dan melakukan banyak pencapaian-pencapaian yang tidak bisa dilakukan ketika sudah menikah atau bahkan ketika sudah mempunyai anak.
Penulis : Malwa Hazwani
Editor : Hammam Izzuddin
コメント